Pelaku Inklusi
Sahabat Mimi Institute dan kita semua adalah pelaku inklusi. Mengapa? Karena setiap harinya kita bertemu dan berbicara serta bekerja dan belajar bersama dengan orang-orang yang berbeda.
Sahabat Mimi Institute dan kita semua adalah pelaku inklusi. Mengapa? Karena setiap harinya kita bertemu dan berbicara serta bekerja dan belajar bersama dengan orang-orang yang berbeda.
Judul tulisan di atas sangatlah akademik ‘Disabilitas Dan Hak’. Tulisan ilmiah dan kajian akademik tentang ‘disabilitas’, juga tentang ‘hak’ sudah banyak ditulis menjadi konsumsi pembaca. Bicara hak semua orang sadar bahwa dirinya punya hak, dan yang diketahuinya bahwa hak harus diperoleh dan hak harus didapatkan. Untuk bicara ‘disabilitas’ akhir-akhir ini sudah semakin banyak orang tahu dan dapat menyebutkan dengan benar istilah ‘disabilitas’, tidak lagi ‘disabilitas atau kedisabilitasan atau penyandang disabilitas’. Orang sudah paham, bila menggunakan istilah ‘kedisabilitasan’ adalah istilah yang salah dan keliru karena mengandung pikiran dan perasaan serta perbuatan dan perlakuan negatif, yang tidak memanusiakan orang disabilitas sebagai manusia yang bermartabat.
Suara penyandang disabilitas mutlak diperlukan untuk sebuah perubahan yang berpihak pada kehidupan masyarakat disabilitas. Ketika penghormatan, pemajuan, pemenuhan dan perlindungan hak warga disabilitas sebagaimana tersurat pada Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 Tentang Pengesahan Konvensi Hak Penyandang Disabilitas dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas sudah diterbitkan dan diberlakukan serta dipantau pelaksanaannya, penyandang disabilitas baik secara perorangan maupun kelompok/organisasi perlu bersuara tanpa lelah dan tidak boleh berhenti, mengapa?
Keberadaan individu disabilitas sudah ada sejak karya penciptaan dan sejak ditetapkannya bumi ini sebagai tempat tinggal setiap individu ciptaan Tuhan. Pastinya individu disabilitas ada dan hadir di setiap wilayah belahan dunia ini. Keberadaan dan kehadiran individu disabilitas sama halnya dengan keberadaan dan kehadiran individu perempuan dan laki-laki; individu dengan lintas usia mulai dari balita, anak, remaja, dewasa hingga lansia; individu dengan perbedaan warna kulit, suku, agama, bahasa, postur tubuh dan kemampuan; bahkan sama halnya dengan keberadan dan kehadiran individu dengan latar belakang, status, profesi beda apapun. Mereka dan kita semua adalah penghuni bumi ini.
Sudah sewajarnya dan seharusnya saat seseorang mengalami disabilitas, langsung bertanya-tanya dengan pertanyaan yang sama dan terus berulang: ‘mengapa saya’, ‘kenapa saya, bukan dia’. Pertanyaan semacam ini sulit bahkan tidak pernah memberikan jawaban yang sesuai dengan harapan penanyanya. Pertanyaan yang ditanyakan ini sangatlah fundamental berkaitan erat dengan kemanusiaan setiap individu makhluk ciptaan Tuhan.